Kita
tentu sudah mafhum tentang sebuah ungkapan klasik yang berbunyi : Pengetahuan adalah
Kekuatan. Atau dalam Bahasa Inggrisnya : Knowledge is Power.
Benarkah
ungkapan ini ?
Tidak
juga. Sependek pengamatan dan pengalaman saya, pengetahuan adalah sekedar
kumpulan informasi. Itu artinya pengetahuan baru bersifat sebagai potensi
kekuatan (potential power). Bukan sesuatu yang sudah mewujud. Potensi kekuatan dari
pengetahuan itu akan mewujud menjadi kekuatan yang RIIL jika dan hanya jika ia TELAH DITERAPKAN (Applied Knowledge).
Dengan
kata lain, sekalipun anda misalnya punya banyak pengetahuan tetapi kalau anda
hanya menyimpannya saja di otak, tanpa pernah bersungguh-sungguh untuk
mengaplikasikannya dalam keseharian anda, maka dijamin pengetahuan anda tidak
akan pernah memberi manfaat apapun bagi diri anda sendiri dan atau orang lain.
Lalu
ada yang bertanya, “ Lantas apa gunanya belajar jika setelah mendapat
pengetahuan kita tak langsung memiliki kekuatan ? “
Bukankah
dalam kitab suci disebutkan bahwa Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang
yang beriman dan diberi ilmu (berpengetahuan) beberapa derajat ? Bukankah itu
bermakna bahwa pengetahuan adalah kekuatan (Power) ?
Begini.
Jika anda mau serius mengamati maka nanti anda akan menemukan bahwa belajar
sebagai salah satu proses untuk mendapatkan ilmu (atau pengetahuan) itu nyaris
tidak ada bedanya dengan urusan makan.
Bagaimana
maksudnya ?
Dalam hal makan sebenarnya yang terpenting bukanlah soal seberapa
banyak yang kita makan, tetapi adalah APA yang kita makan dan seberapa banyak
makanan yang mampu kita CERNA dengan baik !
Anda
tidak percaya ? Cobalah anda makan apapun saja secara tidak selektif. Semua
anda sikat tanpa pilah-pilih yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anda. Sudah
begitu semua jenis makanan anda lahap dengan cara yang terburu-buru.
Grusah-grusuh dan sembrono.
Kira-kira
apa hasilnya ? Saya berani tebak : anda akan mengalami mual, muntah atau
minimal perut anda akan mules. He… he… he...
Nah,
begitu pula dengan belajar. Belajar sebagai bentuk paling hakiki dari proses
pendidikan untuk menjadikan seseorang itu berpengetahuan memiliki banyak rupa
tampilan. Seseorang dapat dikatakan telah belajar dan layak disebut terdidik dan
berpengetahuan jika ia telah mampu menunjukkan kualitas seperti :
- Menyimak pembicaraan orang lain dengan baik (tidak suka memotong atau menyerobot saat mitra sedang berbicara)
- Memiliki keinginan yang kuat untuk terus memperbaiki diri (berprinsip bahwa hari esok harus lebih bagus dari hari ini dan hari ini harus lebih lebih baik dari hari kemarin atau continuous self improvement)
- Mau mendisiplinkan diri sendiri (self discipline, proaktif untuk berbuat baik, atau melakukan sesuatu tidak perlu menunggu ditegur atau didisiplinkan oleh orang lain terlebih dahulu).
- Mau mengembangkan bakat, minat, dan kekuatan pribadi (percaya diri dan berprinsip bahwa setiap orang memiliki kelebihan yang unik, khas, dan bermanfaat bagi orang lain. Bukan bermental rendah diri, minder-wardeg yang hanya bisa mengeluh seolah diri sendiri tak punya kelebihan apapun)
- Mau mengembangkan karakteristik kepribadian yang mengarah pada kesuksesan (berprinsip bahwa kesuksesan dapat diraih oleh siapapun yang mampu mengembangkan karakter positifnya)
Poin-poin diatas ini bisa saja kita
telah mengetahuinya lewat ceramah atau khotbah yang pernah kita dengar
guru-guru atau kita baca dari buku-buku.
Tapi
pertanyaannya adalah : sudahkah kita menerapkannya dalam hidup keseharian kita
? Dengan kata lain seberapa konsisten kita mempraktekkannya ? Kalau mau pakai istilah
yang dianggap agamis : seberapa istiqamah anda mendawamkan poin-poin tersebut
di kehidupan sehari-hari anda ?
Itulah
yang dimaksudkan bahwa Pengetahuan Bukanlah Kekuatan.
Jadi,
seseorang itu disebut berpengetahuan dan ia memiliki POWER (baca : kekuatan) bukan
hanya dilihat dari seberapa bagus nilai yang ia koleksi di lembaran kertas
ijazahnya atau seberapa banyak gelar berderet di kartu namanya. Tetapi hal itu
akan lebih dilihat dari seberapa banyak ia PAHAM apa yang ia telah ketahui dan
seberapa BERMANFAAT pengetahuan yang ia miliki itu bagi dirinya sendiri dan
lingkungan atau orang lain di sekitarnya.
Bukankah
manusia yang terbaik adalah mereka yang paling bermanfaat bagi sesamanya ?
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
Sumiharso