Menu Melayang

Kamis, 11 Juni 2020

Knowledge Is Not Power




Kita tentu sudah mafhum tentang sebuah ungkapan klasik yang berbunyi : Pengetahuan adalah Kekuatan. Atau dalam Bahasa Inggrisnya : Knowledge is Power.

Benarkah ungkapan ini ?

Tidak juga. Sependek pengamatan dan pengalaman saya, pengetahuan adalah sekedar kumpulan informasi. Itu artinya pengetahuan baru bersifat sebagai potensi kekuatan (potential power). Bukan sesuatu yang sudah mewujud. Potensi kekuatan dari pengetahuan itu akan mewujud menjadi kekuatan yang RIIL jika dan hanya jika ia TELAH DITERAPKAN (Applied Knowledge).

Dengan kata lain, sekalipun anda misalnya punya banyak pengetahuan tetapi kalau anda hanya menyimpannya saja di otak, tanpa pernah bersungguh-sungguh untuk mengaplikasikannya dalam keseharian anda, maka dijamin pengetahuan anda tidak akan pernah memberi manfaat apapun bagi diri anda sendiri dan atau orang lain.

Lalu ada yang bertanya, “ Lantas apa gunanya belajar jika setelah mendapat pengetahuan kita tak langsung memiliki kekuatan ? “

Bukankah dalam kitab suci disebutkan bahwa Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman dan diberi ilmu (berpengetahuan) beberapa derajat ? Bukankah itu bermakna bahwa pengetahuan adalah kekuatan (Power) ?

Begini. Jika anda mau serius mengamati maka nanti anda akan menemukan bahwa belajar sebagai salah satu proses untuk mendapatkan ilmu (atau pengetahuan) itu nyaris tidak ada bedanya dengan urusan makan.

Bagaimana maksudnya ? 

Dalam hal makan sebenarnya yang terpenting bukanlah soal seberapa banyak yang kita makan, tetapi adalah APA yang kita makan dan seberapa banyak makanan yang mampu kita CERNA dengan baik !

Anda tidak percaya ? Cobalah anda makan apapun saja secara tidak selektif. Semua anda sikat tanpa pilah-pilih yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anda. Sudah begitu semua jenis makanan anda lahap dengan cara yang terburu-buru. Grusah-grusuh dan sembrono.

Kira-kira apa hasilnya ? Saya berani tebak : anda akan mengalami mual, muntah atau minimal perut anda akan mules. He… he… he...

Nah, begitu pula dengan belajar. Belajar sebagai bentuk paling hakiki dari proses pendidikan untuk menjadikan seseorang itu berpengetahuan memiliki banyak rupa tampilan. Seseorang dapat dikatakan telah belajar dan layak disebut terdidik dan berpengetahuan jika ia telah mampu menunjukkan kualitas seperti :
  1. Menyimak pembicaraan orang lain dengan baik (tidak suka memotong atau menyerobot saat mitra sedang berbicara)
  2. Memiliki keinginan yang kuat untuk terus memperbaiki diri (berprinsip bahwa hari esok harus lebih bagus dari hari ini dan hari ini harus lebih lebih baik dari hari kemarin atau continuous self improvement)
  3. Mau mendisiplinkan diri sendiri (self discipline, proaktif untuk berbuat baik, atau melakukan sesuatu tidak perlu menunggu ditegur atau didisiplinkan oleh orang lain terlebih dahulu).
  4. Mau mengembangkan bakat, minat, dan kekuatan pribadi (percaya diri dan berprinsip bahwa setiap orang memiliki kelebihan yang unik, khas, dan bermanfaat bagi orang lain. Bukan bermental rendah diri, minder-wardeg yang hanya bisa mengeluh seolah diri sendiri tak punya kelebihan apapun)
  5. Mau mengembangkan karakteristik kepribadian yang mengarah pada kesuksesan (berprinsip bahwa kesuksesan dapat diraih oleh siapapun yang mampu mengembangkan karakter positifnya)

Poin-poin diatas ini bisa saja kita telah mengetahuinya lewat ceramah atau khotbah yang pernah kita dengar guru-guru atau kita baca dari buku-buku.

Tapi pertanyaannya adalah : sudahkah kita menerapkannya dalam hidup keseharian kita ? Dengan kata lain seberapa konsisten kita mempraktekkannya ? Kalau mau pakai istilah yang dianggap agamis : seberapa istiqamah anda mendawamkan poin-poin tersebut di kehidupan sehari-hari anda ?

Itulah yang dimaksudkan bahwa Pengetahuan Bukanlah Kekuatan.

Jadi, seseorang itu disebut berpengetahuan dan ia memiliki POWER (baca : kekuatan) bukan hanya dilihat dari seberapa bagus nilai yang ia koleksi di lembaran kertas ijazahnya atau seberapa banyak gelar berderet di kartu namanya. Tetapi hal itu akan lebih dilihat dari seberapa banyak ia PAHAM apa yang ia telah ketahui dan seberapa BERMANFAAT pengetahuan yang ia miliki itu bagi dirinya sendiri dan lingkungan atau orang lain di sekitarnya.

Bukankah manusia yang terbaik adalah mereka yang paling bermanfaat bagi sesamanya ?

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ

Sumiharso

Blog Post

Related Articles

Chat WA

Back to Top

Cari Artikel

Postingan Populer